Medan, (UIN Sumut)
Pusat peradaban Islam dunia di masa depan diprediksi akan berada di dunia Melayu seperti di negara-negara serumpun di Asia Tenggara dan untuk mewujudkan itu, penggeraknya adalah universitas yang berperan penting dalam mentransformasikan globalisasi.
Demikian dijelaskan Rektor Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN Sumut) Prof Dr Syahrin Harahap, MA dalam sambutannya pada penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Universiti Teknologi Mata (UiTM) Malaysia dan UIN Sumut yang digelar virtual melalui Zoom Meeting dari Gedung Biro Rektor UIN Sumut Jalan Willem Iskander Medan, Jumat (17/9). “Dunia Melayu akan menjadi pusat peradaban Islam dunia di masa yang akan datang dan hal yang menjadi sentra penggeraknya adalah universitas sebagai penggerak globalisasi,” ujarnya.
Prof Syahrin merumuskan, dalam konteks global, pusat peradaban islam dunia disebut dengan istilah “dua plus satu”. Yang berarti peradaban Islam dari dunia Arab yang dipengaruhi dengan bahasa dan budaya Arab, lalu dunia Parsi (Persia) yang dipengaruhi kultur peradaban Persia seperti berbagai perayaan. Lalu plus satu dimaksud yakni dunia Melayu yang dipengaruhi bahasa Melayu. Dari berbagai literasi, ia meyakini di masa depan, peradaban Islam dunia akan berpusat di negara-negara serantau Melayu.
Prof Syahrin menjelaskan, kerja sama ini menjadi penting karena di era globalisasi ini kampus bisa berkembang pesat dengan kolaborasi dan kerja sama dengan berbagai lembaga termasuk kampus dari negara tetangga seperti Malaysia. Rektor mengapresiasi kerelaan UiTM Malaysia untuk mengembangkan jalinan kerja sama tersebut yang akan meluas dalam berbagai aspek pendidikan tinggi. Di antaranya soal penelitian (joint research), pengembangan kualitas pendidikan dan layanan akademik, kemahasiswaan, serta lainnya.
Ia menjelaskan sekilas latar belakang program MoU kali ini untuk meneruskan kolaborasi perguruan tinggi di Asia Tenggara. Prof Syahrin yang juga Ketua Forum Kerjasama Perguruan Tinggi Asia Tenggara yang menghimpun 35 universitas menerangkan, MoU merupakan bentuk realisasi dan implementasi dengan pendekatan dan nilai-nilai luhur Asia Tenggara. Setidaknya ada lima nilai yang menyatukan negara-negara serumpun di benua Asia khususnya soal pengembangan ilmu pengetahuan.
Lima nilai dimaksud meliputi pertama corak teologi di kawasan negara serantau Asia Tenggara yang cenderung dengan pendekatan ahlussunnah waljamaah. Misalnya Malaysia, Brunai dan Thailand serta Indonesia dengan titik temu corak teologi yang sama.
Kedua corak fiqih atau syariah yang paling banyak dianut di Asia Tenggara dengan mazhab Syafi’iyah. Ketiga corak tasawuf atau pendekatan spritualitas. Konsep tasawuf ini yang banyak menyatukan masyarakat Asia Tenggara pada tataran spritualitas. Keempat corak qiraah dan tafsir yang sangat familiar ditemukan di negara-negara serumpun dan kelima yakni penggunaan aksara Arab Jawi atau Arab Melayu. “Hal-hal dan pendekatan itu yang membuat kita tidak dapat dipisahkan,” ujar Prof Syahrin.
Terkait itu, ia mengapresiasi inisiasi pengelola kampus dalam MoU ini sebagai upaya membangun dan menghubungkan jembatan ilmiah, pendidikan dan jembatan hati. “Ini merupakan bagian dari upaya kita agar betul-betul mewujudkan Asia Tenggata sebagai pusat peradaban dunia,” ucapnya seraya berharap ke depan satu demi satu agenda kerja sama dan kolaborasi bisa dikerjakan bersama sesuai kesepakatan. Di tengah badai pandemi, Prof Syahrin mengharapkan perkuliahan tatap muka bisa segera digelar kembali.
Rektor UiTM Prof Dr Abdul Halim dalam sambutan menyampaikan, dampak pandemi mempengaruhi berbagai aspek kehidupan dunia seperti ekonomi, pembangunan hingga pendidikan yang juga terasa di negara-negara Melayu. Perekonomian yang menurun berdampak pada jutaan orang yang kehilangan pekerjaan. Bahkan di Malaysia, pertumbuhan ekonomi turun 3,4 persen. Namun begitu, seiring waktu dan berkat kerja-kerja kampus, berbagai solusi dijalankan seperti pengoptimalan transaksi non-tunai, hingga pembelajaran pendidikan tinggi dengan memaksimalkan peran jaringan dan perangkat internet.
Acara yang digagas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Sumut ini dilanjutkan penandatanganan dokumen kerja sama dari masing-masing kampus. Hadir dalam penandatanganan itu Dekan FEBI Dr Muhammad Yafiz, MA, para wakil dekan di antaranya Dr Mustafa Kamal Rokan, Dr Marliyah, wakil rektor Dr Nispul Khoiri, MA dan tamu kehormatan. (humas)