Thailand, (UIN SU)
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN SU) Medan menggelar kunjungan kerja ke Sekolah Thamavitya Mulniti Yala dan Jamiah Islam Syeikh Daud Al-Fatoni, Thailand dalam agenda sosialisasi penerimaan mahasiswa internasional. Rangkaian program ini menyasar negara-negara sahabat yakni Malaysia, Singapura dan Thailand.
Guru besar Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) Prof Dr Lahmuddin Lubis, MEd dalam pertemuan itu, Jumat (23/6) mewakili pimpinan kampus dan memperkenalkan rombongan pejabat UIN SU yang mengikuti rangkaian program PMB internasional ini. Di antaranya guru besar FUSI Prof Dr Amroeni Drajat, MAg, Sub Koordinator Humas dan Informasi Yunni Salma, MM, Kepala Pusat Layanan Internasional Dr Ali Akbar Simbolon dan Emigawati serta Kepala Biro AAKK Drs Ibnu Sa’dan, MPd.
Prof Lahmuddin dalam sambutannya menjelaskan sejarah singkat UIN SU yang sebelumnya dimulai dengan nama IAIN Sumatera Utara dengan tiga fakultas yakni fakultas tarbiyah, syariah dan ushuluddin. Belakangan lahir fakultas dakwah. Seiring berjalan waktu, kampus Islam negeri terbesar di Sumut ini terus berkembang dan kini memiliki delapan fakultas dan satu program pascasarjana (post graduate). Kini bahkan, memiliki lebih dari 30 ribu mahasiswa dari berbagai wilayah di Indonesia serta mahasiswa internasional.
Empat fakultas baru ialah Fakultas Sains dan Teknologi, Ilmu Sosial, Kesehatan Masyarakat dan Ekonomi dan Bisnis Islam. Jumlah guru besar juga terus bertambah hingga kini lebih dari 30 guru besar atay profesor dalam berbagai bidang keilmuan. “Kami bahagia dan bangga diterima dengan hangat dan akrab di Thailand, datang seperti di rumah saudara sendiri,” ujarnya.
Selain sosialisasi dan kerja sama, jelas Prof Lahmuddin, pertemuan ini penting untuk menguatkan ukhuwah islamiyah antara Indonesia dan Thailand. Jalinan hubungan baik ini juga dalam misi mengembangkan agama Islam agar jadi negara yang disegani dan ditakuti atau negara kuat yang dipertimbangkan keberadaannya dalam lingkup global.
Dalam tahap awal, hal itu dimulai dengan penandatanganan nota kesepahaman setelah disusun berbagai kesepakatan terkait dengan perekrutan calon mahasiswa internasional dari Thailand, tata cara pembelajaran dan lain sebagainya. Hal ini juga untuk mendukung upaya peraihan akreditasi institusi unggul terkait jumlah mahasiswa asing. Walau pun beberapa waktu lalu program ini sempat terhalang pandemi, kini dijalankan kembali dengan suasana baru.
Rektor Jamiah Islam Syaikh Daud Al-Fatoni, Dr Abdulrasyid bin Abdullah menyampaikan selamat datang rombongan UIN SU terkait jalinan kerja sama dua lembaga ini dalam peningkatan kualitas pendidikan Islam. Ia juga menjelaskan tentang profil dan perkembangan kampus yang ia pimpin yang kini mengelola lima fakultas.
Di antaranya fakultas ushuluddin, syariah islamiyah. Lalu ada fakultas tarbiyah islamiyah dan dakwah islamiyah yang diambil atau diadopsi dari pendidikan keislaman di Indonesia. Kini kampus Islam Thailan ini memiliki sekitar 1.000 mahasiswa dengan sekitar 100 pengajar atau dosen. Ia menjelaskan, sejauh ini sudah banyak mahasiswanya yang mengikuti program pendidikan bersama kampus-kampus di Sumut termasuk UIN SU. Dari ribuan lulusan kampus, banyak yang mengambil program transfer pelajar di tahun akhir studi.
Manager Ma’had Al-Bithat Ad-Diniah, Abdul Rahman menerangkan, pendidikan di Indonesia merupakan pendidikan yang baik dan berpotensi untuk dijadikan tujuan studi di Asia, khususnya pendidikan, keguruan hingga keagamaan dengan kampus-kampus yang kredibel dan berkualitas di bidangnya masing-masing. Seperti dirinya yang pernah menjajal pendidikan di IKIP Bandung yang kini menjadi UPI Bandung.
Ia menjelaskan, pendidikan dengan memadukan konsep ma’had dinilai mempunyai nilai yang lebih dalam menciptakan sumber daya manusia yang baik dan berkualitas. Di Thailand, ma’had bahkan dimulai untuk anak-anak tingkat SMP dan SMA. Dengan ma’had, ada beberapa keunggulan yang lebih mudah untuk ditanamkan kepada peserta didik, di antaranya soal kemampuan bahasa (linguistik), hapalan Alquran dan kompetensi sains.
Di Thailand, khususnya di lembaga pendidikan tersebut, jelasnya, terdapat kemudahan dalam sisi bahasa khususnya bagi mahasiswa dari Malaysia dan Indonesia. Karena, bahasa sehari-hari yang digunakan ialah termasuk bahasa Melayu dan bisa dan mudah dipahami pelajar dari negara Malaysia dan Indonesia. Senada tujuan pertemuan, ia mengharapkan kerja sama bisa dipadukan dalam pengembangan pendidikan.(Humas)